TIMESINDONESIA, JAKARTA – Prestasi Juanita Matkhurotin patut diapresiasi. Pasalnya tenaga medis asal Kabupaten Jombang ini yang berprofesi sebagai tenaga ahli madya kesehatan gigi, berhasil lolos mewakili Indonesia dalam Konferensi Pemuda Internasional Istanbul Youth Summit (IYS) 2021 di Istanbul, Turki.
Sebagaimana diketahui, Istanbul Youth Summit 2021 kembali mengadakan konferensi internasional untuk keempat kalinya. Pada tahun ini, Istanbul Youth Summit (IYS) diselenggarakan pada 22 – 25 Maret 2021.
Konferensi itu diinisiasi oleh Youth Break the Boundaries (YBB), berupaya mendorong pemimpin masa depan untuk menembus batas kemampuan mereka, untuk membuka ruang dialog dan menghasilkan aksi nyata untuk membentuk pemimpin masa depan.
Mengusung tema ‘Public Leadership through The Crisis’ Istanbul Youth Summit mempunyai enam fokus topik, yaitu pendidikan, ekonomi, pemerintah, sosial, kesehatan masyarakat, dan lingkungan.
Dalam rangkaian acara, Istanbul Youth Summit 2021 mengadakan banyak sesi menarik, yaitu international summit, leadership training, international networking, social project presentation, dan cross cultural exploration.
“Pengalaman yang luar biasa, sebagai tenaga medis disana saya belajar banyak dan fokus pada topik kesehatan masyarakat,” kata Juanita, kepada TIMES Indonesia saat dikonfirmasi melalu sambungan seluler. Jumat (9/4/2021).
Juanita menceritakan kisahnya hingga berhasil lolos mewakili Indonesia di acara ini. Sejak kecil ia bercita-cita menjadi pengabdi masyarakat di bidang kesehatan. Cita-cita ini terdorong minimnya pengetahuan warga di daerahnya, sehingga ia memutuskan bersekolah di jurusan kesehatan.
“Saya termotivasi untuk mengikuti program Istanbul Youth Summit (IYS) 2021 di bidang kesehatan masyarakat. Saya terinspirasi dari adik perempuan saya yang pernah kerja menjadi tenaga medis di Jepang,” ujarnya.
Setelah lulus SMP, orang tuanya menyekolahkan Juanita ke SMK (SMEA) jurusan Manajemen Bisnis. Namun hanya dijalaninya setahun saja. Keinginan menjadi tenaga medis mendorong Juanita mengikuti tes Sekolah Pengatur Rawat Gigi (SPRG) di Surabaya.
Sekolah ini berjarak 80 km dari rumahnya. Persaingan pendaftar dari seluruh Indonesia pun sangat ketat, hanya dipilih 40 siswa terbaik.
Juanita saat di Turki (Foto : Juanita For TIMES Indonesia)
Namun ia diterima di sekolah tersebut dengan beasiswa penuh dari pemerintah. Komponen beasiswa terdiri dari biaya pendidikan, buku, asrama, makan, ekstrakulikuler, dan uang saku selama 3 tahun.
“Saya menjalani sekolah kesehatan ini selama 3 tahun dengan lancar. Kemudian saya melanjutkan kuliah ke Akademi Kesehatan Gigi (AKG) Surabaya. Aktivitas setiap sore saya sebagai asisten dokter gigi praktek mandiri,” jelasnya.
“Tugas saya adalah melakukan pendaftaran pasien, menyiapkan peralatan, rekam medis, mensterilkan alat, dan membersihkan ruang medis. Setelah menjalani pendidikan 3 tahun saya lulus dengan gelar Ahli Madya Kesehatan Gigi,” tambahnya.
Setelah lulus AKG, tahun 2005 dirinya merantau dari Jawa Timur ke kota Manggarai kepulauan Flores Nusa Tenggara Timur (NTT). Kemudian Juanita mengikuti tes seleksi tenaga medis. Dari ribuan peserta tes, hanya diterima 2 peserta.
“Saya termasuk yang beruntung, diterima sebagai tenaga medis bagian Poli Gigi di salah satu lembaga medis di Mano, Flores, NTT,” kenangnya.
Tidaklah mudah sebagai tenaga medis di daerah terpencil. Sebagai contoh dalam hal kesehatan gigi. Mereka mempunyai kebiasaan makan daun sirih, bukan dengan menggosok gigi.
Sehingga Juanita harus memberikan pendidikan kepada mereka tentang pentingnya menggosok gigi. Secara berkala, Juanita melakukan penyuluhan kesehatan gigi ke desa-desa. Melalui penyuluhan tersebut, secara bertahap mereka mengerti dan mengubah kebiasaan baru dengan menggosok gigi.
Tahun 2010 Juanita pindah ke Jawa Timur mengikuti suami dan mengurus pindah kerja ke Jombang. Di era pandemi Covid-19, Juanita menerangkan bahwa peran tenaga medis juga menjadi berdampak pada teknis pelayanan kesehatan gigi masyarakat.
Menurut Juanita, tugasnya fokus pada kesehatan anak-anak. Sebelum masa pandemi, siswa sekolah mendapatkan screening kesehatan di sekolah setiap 6 bulan sekali. Namun, saat ini mereka tidak bisa mendapat screening karena kebijakan social distancing.
“Solusinya, saya menyalurkan bantuan kepada mereka dalam bentuk bakti sosial di daerah yang terisolasi. Bantuannya berupa peralatan kebersihan, makanan, perlengkapan bayi, kebutuhan pokok, obat-obatan, dan baju layak pakai,” terang ibu tiga anak ini.
Juanita mengaku mendapat banyak ilmu, wawasan, dan membuka network global di IYS ini. Di acara ini, ia bisa bertemu dan berdialog dengan Duta Besar Indonesia untuk Turki Lalu Muhammad Iqbal, Stafsus Presiden Billy Mambrasar, Wakil DPR RI Aziz Syamsuddin dan delegasi IYS dari negara lain.
Penyelenggaran program IYS ini bermaksud untuk mencapai lima tujuan utama di antaranya, mempertajam semangat para pemimpin muda yang berbakat di berbagai bidang, membangun karakter kepemimpinan pemuda.
Selain itu, membangun eksistensi pemuda di kancah internasional, melatih jiwa kepemimpinan kaum muda yang secara aktif berkontribusi untuk membangun negara dan menciptakan jaringan yang kuat dan hubungan jangka panjang yang berkelanjutan bagi jejaring dan stakeholder.
“Alhamdulillah setelah mengikuti IYS 2021 di Istanbul Turki, saya mendapatkan ide-ide baru melalui forum diskusi dengan banyak peserta dari berbagai negara tentang kesehatan masyarakat,” pungkas wanita asal Kabupaten Jombang ini. (*)